Minggu, 08 Mei 2011

Curhatan ifal


gue gagal tes gawe kemaren!"

ifal membuka curhatannya malam itu. Gue cuma bisa menatapnya penuh arti. Gue sama sekali ngga berani melontarkan satupun pertanyaan mengenai mengapa dirinya gagal.

Ifal tersenyum getir.
"gara-gara paru paru gue udah jebol. Keparat!"

ifal mengacak rambutnya, membuat keadaannya semakin kacau.

"Anjing! Mereka pikir gue pengen kali ya punya penyakit kaya gini. Kalo gue punya duit, gue bakalan pergi ke dokter! Cuih! Boro- boro ke dokter. Buat makan aja susah!". Makinya lagi.

Ifal mulai membakar selinting rokok untuk yang kesekian kalinya.

Asap rokok menyeruak diudara. Gue semakin melayang terbawa arus pikiran gue sendiri.

Betapa ifal menyimpan derita dibalik semua kelakuannya yang nakal dan urakan.
Betapa ifal tetap bertahan walau beban untuk menghidupi keluarganya kerap kali muncul dalam pikirannya.
Dan itu artinya ifal butuh pelarian untuk sekedar menghilangkannya, walau ia menyadari semua itu hanya untuk sesaat. Tapi kenyataan justru ia sangat membutuhkan waktu yang hanya sesaat itu.

"apa gue emang ditakdirin buat nyusahin keluarga gue? Gue pengen ngliat nyokap w seneng dan ngliat adek adek gue berhasil dan ngga gagal kaya gue"

saat itu gue ngga tau harus ngejawab apa. Gue pun ngerasa ngga mampu berbuat apa apa untuk mengurangi bebannya.
Walau keberadaan gue sebagai cewe nya sangat cukup berarti baginya, tapi bagi gue tetep terasa tak cukup.

Lalu apa yang harus gue lakukan sebaga sahabatnya nya?

Apa gue harus ngebiarin dia terus menerus menghabiskan lintingan demi lintingan rokok yang gue beli?
Apa gue harus ngebiarin dia mencari pelarian seperti itu?
Tapi sampai kapan?
Sampai paru parunya bertambah jebol? Yang pada akhirnya ia kehilangan nyawa?

Entahlah, yang gue tau dia menderita.